Jambi, Sitimang.id – Kuau Gawe Gadis Dance Community, mengangkat tradisi menangkap ikan dari Kabupaten Muaro Jambi yaitu ‘bekarang’ dalam gelaran pertunjukan apresiasi tari di gedung arena, Taman Budaya Jambi pada Minggu malam (30/10/2022).
Menurut Eri Argawan selaku Kepala TBJ, karya ‘bekarang’ difasilitasi disebabkan melakukan penggalian dari upacara adat dan ritual di Jambi, yang mana secara dramatik artistik mau membuat koreografi berdasarkan rangkaian gerakan, nyanyian, doa, dan bacaan menggunakan perlengkapan ritual.
“Bahwa ritual terjadi cukup sering dalam kehidupan sehari-hari. Diyakini bahwa kita membentuk ritual berdasarkan nilai nila yang kita anut. Salah satu fungsi ritual yaitu membantu kita menjalankan nilai-nila dan mengurangi kecemasan. Seringkali ritual berkaitan dengan tradisi, yaitu sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang hingga sekelompok orang tersebut melestarikannya,” kata Eri.
Ia juga menjelaskan bahwa penari yang terlibat ialah Gian Febriani, Firda Anggraini, Sindy Pratika, Lilin Seftia Wadia Ningsih, Yeni Silvia Zega, Lisya Anggi Sapitri dan Tiara. Komposer Ahmad Wanda S.Sn M.Sn, koreografer yaitu Mugi Ari Saputra S.Sn, Stage Manager Andi Reza Pahlawan S.Sn, dan pimpro Elisa Padang S.Sn.
Secara terpisah, koreografer Mugi menguraikan, bekarang ialah kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan seperti tangkul, serkap, lukah ataupun jalo di area lubuk larangan atau dano. Terdapat enam dano yang ada di desa senaung yaitu Dano teras, Dano Sialang, Dano Raman, Dano Kecik, Dano dusun, dan Dano Pauh.
“Sebelum kegiatan bekarang dilakukan para ninik mamak bersama ketua adat akan melakukan yang namanya mufakat, yaitu sebuah rapat atau pertemuan untuk membahas di dano mana bekarang akan dilakukan dan juga persiapan acara sebelum bekarang. Setelah mufakat warga desa akan bersama-sama bergotong royong untuk mempersiapkar prosesi bekarang. Sebelumnya akan dimulai ritual khusus oleh orang adat dan ninik mamak yaitu membaca doa, solawat dan juga bakar menyan atau sesajen,” bebernya.
Prosesi bekarang diakhiri dengan makan berawang, seluruh wargapun makan secara bersama-sama dan beramai ditepi dano tempat bekarang tersebut. Disanalah masyarakat saling mencicipi lauk yang sangat beragam yang dimasak langsung ditempat bekarang, dan pada acara ini biasanya juga disuguhkan hiburan seperti tari-tarian atau pun bernyanyi. Banyak juga masyarakat luar desa datang untuk menyaksikan acara ini sehingga menjadi sebuah tontonan rakyat, bahkan ada juga warga yang membeli ikan dari hasil tangkapan bekarang.
“Bekarang memiliki nilai-nilai yang dapat diambil contoh, kita dapat erat dengan kekeluargaan dan saling tolong menolong serta menghargai tradisi yang sudah ada. Bekarang juga merupakan tradisi yang mengajarkan bagaimana cara menjaga ekosistem sawah atau danau dengan baik karena bekarang menggunakan alat tangkap ikan yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya, mengingat saat ini telah banyak penangkapan ikan dengan sentrum atau racun yang dapat merusak ekosistem air,” tandasnya menutup wawancara. (Gun)
Discussion about this post