Jambi, Sitimang.id – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ) melakukan kajian terbuka bersama sejumlah seniman tari terkait keunikan tari pisang yang berasal dari Kabupaten Merangin.
Tari pisang sudah ada sejak dahulu dan bapak Mat Rasul adalah pewaris tradisi tari pisang generasi keempat yang berasal dari Desa Air Batu Kecamatan Tanah Pemberab Kabupaten Merangin. Tari pisang ini memiliki keunikan karena menggunakan kostum atau busana yang berasal dari daun pisang tua atau kerisik tuo serta menggunakan topeng dari pelepah pinang yang sudah kering atau disebut juga dengan sebutan upih pinang.
“Keunikan dan kekuatan simbolik inilah yang membuat TBJ melakukan kajian. Kami ingin tarian ini dapat kembali hadir dan dikenal luas oleh masyarakat,” kata Kepala TBJ, Eri Argawan pada Kamis siang (5/5/2022).
Dirinya menjelaskan, tari pisang terakhir ditampilkan tahun 1970 dan muncul atau hadir kembali di tahun 2014. Tari ini nyaris punah. Pemanfaatan daun pisang sebagai kostum karena pada mulanya kehadiran tari pisang ditujukan untuk hiburan bagi masyarakat desa Air Batu. Dimana pada masa lalu tidak tersedia dan sulit mendapatkan pakaian jadi. Untuk itu, masyarakat setempat menggunakan daun pisang yang sudah kering sebagai penutup tubuh.
“Selanjutnya topeng yang terbuat dari pelepah pinang digunakan untuk menutup muka agar tidak malu bila terlihat oleh orang lain. Tari pisang adalah tari tradisi yang ditampilkan pada saat acara adat atau hari besar di Desa Air Batu yang berfungsi sebagai hiburan. Kadang kala penari tari pisang menggunakan tongkat sebagai perlengkapan tari. Jumlah penari biasanya dua orang laki-laki berpasangan dan diibaratkan sebagai pasangan laki-laki dan perempuan (sesuai dengan wajah yang dilukis pada topeng yang dikenakan). Iringan tari pisang terdiri dari gendang, gong, viul tanpa vokal atau nyanyian,” urainya menutup obrolan. (Gun)
Discussion about this post