Jambi, Sitimang.id – UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ) memfasilitasi pelaksanaan pertunjukan teater dari Sanggar Seni Kampus Biru Universitas Jambi, yang akan mementaskan naskah “Tambang” karya Nafri Dwi Boy pada 14 Mei 2022 nanti di gedung arena, Taman Budaya Jambi.
Kepala TBJ, Eri Argawan, menjelaskan, Sanggar Seni Kampus Biru beranggotakan mahasiswa yang berasal dari sejuhlah program studi di FKIP dan dibawah legalitas pembinaan FKIP. Ditambahkannya, ini merupakan pentas keenam kali ini Sanggar Seni Kampus Biru dan pihaknya menyambut baik pertunjukan teater ini dalam rangka pembinaan dan peningkatan kualitas pertunjukan.
“Mereka pentas dengan naskah berjudul ‘tambang’. Naskah ini bercerita tentang peseteruan suami-istri yang memiliki sudut pandang berbeda dan menjadi konflik rumah tangga pengusaha dan dampak lingkungan kegiatan pertambangan,” katanya saat dihubungi Rabu (4/5/2022).
Dari sinopsis yang dibagikah, pertunjukan ini berkisah tentang seorang suami yang merupakan pebisnis tambang sukses dengan tujuannya adalah kekayaan. Istri merasa risih dengan cara suaminya meraih kekayaan. Demi memperlancar bisnis tambangnya, suami tega melakukan kejahatan-kejahatan kemanusiaan. Ia membeli tanah rakyat secara paksa. Membunuh mereka yang menolak. Kejahatan-kejahatan itu yang kemudian menggugah naluriah istri. Istri menentang tindakan suaminya, tetapi ikut menikmati hasilnya. Istri dan anak perempuannya hidup bergelimang harta. Paradoksikal itulah yang menjadi bibit-bibit perseteruan. Hidup bergelimang harta tidak menjanjikan kebahagiaan. Anak menjadi korban. Hidup tertekan dalam kekacauan pikiran. Anaknya mati menggantung diri (dengan tali tambang).
Tema tradisional ‘harta-kesengsaraan’ dalam Tambang dipentaskan oleh Rika Yani, seorang mahasiswa prodi Pendidikan Bimbingan Konseling. Panggung diisi dengan setting minimalis. Tiga kursi sofa berwarna biru, dihias karpet merah, kursi yang ber-roda serta meja kerja dan beberapa tumpukan properti kertas di atasnya. Di antara meja dengan sofa terdapat rak buku. Tiga foto berbingkai kecil menggantung di tembok belakang sofa. Komposisi setting memunculkan multitafsir berupa latar ruang tamu atau ruang kerja.
Pertunjukan Tambang bisa dikatakan mengusung konsep realis-minimalis. Kekuatan realis tidak cukup hanya memanfaatkan latar dan kostum yang memimesis. Lebih dari itu, realisme lebih menekankan pada kekuatan karakter tokoh (biasanya disebut penjiwaan). Aktor mesti mengumpulkan lebih banyak informasi terkait masa lalu, pengalaman, dan psikis tokoh yang dimainkan. Lalu, memadukannya dengan dialog, ucapan tokoh lain, dan reaksi yang ditimbulkan. Perpaduan itu juga mesti diperkuat dengan pemahaman hukum panggung, gerak yang bermakna, dan motivasi-motivasi yang mendasarinya. Sutradara sebagai cermin pemantul penonton bertanggung jawab penuh setiap lakuan aktivitas aktor di atas panggung. Dengan pembekalan pengetahuan yang mendasar, mungkin saja akan mengurangi letupan-letupan dialog kosong, akting klise dan berulang serta perpindahan-perpindahan tanpa motivasi yang jelas di samping volume dialog yang terdengar samar. (Gun)
Discussion about this post