Muaro Jambi, Sitimang.com – Tim tujuh dari kalangan seniman dan wartawan Jambi hendak menggalang dana untuk pengobatan salah satu seniman Melayu Jambi, Saidin (55) – yang tengah berjuang melawan tumor.
Artikel terkait: Menderita Tumor, Seniman Tradisi Muaro Jambi Membutuhkan Pertolongan
Dilansir Gatra.com, tim tujuh itu adalah Sakti Alam Watir, Irma Tambunan, Nining Antero, Hery Rawas, Jogi Sirait, Putra Agung, dan Didin Siroz.
“Rasa kemanusiaan kita merasa terpanggil untuk menggalang dana buat Pak Saidin,” kata Sakti Alam Watir, Jumat (21/6).
Menurut Sakti, sejak beberapa hari lalu, Irma Tambunan telah membuka dompet kemanusiaan buat Saidin di kitabisa.com. “Syukurnya sampai hari ini telah terkumpul Rp37 juta lebih. Kita berharap terus menggalang dana,” kata Nining Antero.
Pekan depan, tim tujuh ini merencanakan akan menggalang donasi dengan cara penampilan seni seperti baca puisi, musikalisasi puisi, pertunjukkan seni serta lelang lukisan dan foto. “Kita berusaha mengetuk hati banyak orang untuk membantu pengobatan Saidin,” ujar Sakti.
Saidin adalah generasi ketiga penerus Teater Komedi Melayu Dul Muluk, kesenian Zikir Beredah, ataupun Lukah Gilo dari Desa Lubuk Raman, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi. Darah kesenian mengalir dari kakek dan ayahnya. Kakeknya adalah pelakon Dul Muluk, sementara ayahnya penabuh rebana siam dan gendang.
Sejak kecil Saidin tumbuh dengan kesenian khas Muaro Jambi itu. Ia mahir sebagai pelakon dalam teater Dul Muluk. Ia juga piawai sebagai pelakon Zikir Beredah dan Lukah Gilo. Zikir Beredah adalah semacam pertunjukan musik selawat yang melibatkan belasan penabuh rebana siam dan gong.
Pada era 1980-an, ia tampil dari panggung ke panggung hampir setiap pekan di acara hajatan atau syukuran. Namun, memasuki era 1990-an, eksistensi kesenian tradisi itu mulai tergerus kehadiran aneka hiburan modern.
Saidin dan seniman lainnya baru menyadari ancaman besar itu pada tahun 2000. Ia dan kawan-kawannya pun berusaha membangkitkan kembali kesenian tradisi yang mulai redup itu. Pada saat yang sama, pemerintah daerah berusaha mengangkat potensi seni tradisi untuk mendorong pariwisata lokal. Dari situ, tawaran untuk pentas kembali datang.
Di tengah semangatnya untuk terus merawat teater Dul Muluk, Zikir Beredah, dan Lukah Gilo, Saidin didera penyakit tumor colli yang tumbuh di lehernya. Tumor yang enam bulan lalu baru sebesar kelereng terus membesar hingga melebih ukuran bola tenis. Penyakit itu membuat tubuhnya kurus dan merapuhkan otot serta persendiannya.
Irma Tambunan, wartawan Kompas ketika menjenguknya di Desa Lubuk Raman, Senin (10/6) lalu melihat Saidin tengah terbaring lemah di dekat piul pesanan yang belum jadi.
Kalau badan masih cukup kuat, harusnya (biola ini) sudah jadi,” katanya, sewaktu ditemui Kompas dalam pondok sederhana yang ditumpanginya di Desa Lubuk Raman, Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro, Senin (11/6/2019).
Benjolan pada bagian kanan lehernya dengan cepat membesar. Awalnya hanya sebesar kelereng. Dalam enam bulan, besarnya bertambah melebihi bola tenis. Penyakit itu pun menggerogoti tubuhnya hingga kurus kering.
Menurut dokter yang memeriksanya di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jambi, Saidin harus segera dioperasi dan dikemoterapi. Namun, operasi hanya dapat dilakukan di Palembang. Rangkaian pengobatan inilah yang mengganggu pikirannya. Meskipun operasi diberikan gratis lewat jaminan Kartu Indonesia Sehat (KIS), jaminan hidup untuknya dan istri yang menemani selama perawatan belum terkumpul. Jangankan untuk menyisihkan uang, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja sulit.
Dalam dua pekan terakhir, Saidin tak bisa bangun lagi. “Dia hanya bisa terbaring dan makanpun agak susah,” kata Irma yang kerapkali berkomunikasi dengan keluarga Saidin.
Discussion about this post