Jambi, Sitimang.com – Kegetiran hidup kaum marjinal beserta kisah kelam pekerja batu kapur ditampilkan ISI Padang Panjang dalam pertunjukan “Tua Di Tui”, yang ikut mengisi rangkaian Temu Teater Se-Sumatera, di Taman Budaya Jambi.
Frisdo Ekardo, sutradara pagelaran ini mensiasati kisah kelam kehidupan marjinal ini dengan menggunakan pantomim. Sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan yang menggunakan gerak isyarat atau secara umum acap disebut bahasa bisu, Tua Di Tui berusaha menggedor empati penonton tentang nasib para pekerja penambang kapur yang dibawakan enam orang aktor.
Bahasa gerak pantomim para aktor pun menjadi sublim dan universal guna mendedahkan ekspresi emosi tanpa kata serta terus bergerak menyambung kisah kaum marjinal ini.
Suasana letih, bahagia, canda, satir, kelicikan bahkan kekecewaan para pekerja tambang terus dihidupkan. Adegan demi adegan terus dihadirkan meski berjalan dengan plot yang cukup lambat namun tetap kaya simbolisasi apalagi dengan alunan Randai yang dibawakan salah seorang aktor.
Suasana batin yang kelam terus dibangun mengikuti iringan randai dan lampu temaram yang menyorot wajah berpupur putih. Tak sebatas itu, penggunaan semburan asap dari arah belakang cukup efektif menghadirkan pertambangan kapur ditengah-tengah penonton yang dipaksa menyaksikan kisah tragis manusia yang digantikan oleh robot-robot. (Gun)
Discussion about this post