Lampung, Sitimang.com – Lapah Environment Dance Mini Festival (LAPAH Minifest #2) tahun 2019 akan kembali menggelar dua karya koreografi di Grahasema Studio di Bandar Lampung.
Pertunjukan ini akan digelar pada Minggu malam (28/07) dan akan menampilkan dua karya yaitu Uhan Nihau dari Dian Arza Dance Company dan Kebiri karya Komunitas Sang Saka.
Koreografer Yovi Sanjaya, menjelaskan, Uhan Nihau akan mengangkat isu seputar eksploitasi batu bara dan praktik memori dampak sosial dan lingkungan serta degradasi lahan akibat kegiatan penambangan.
Menurutnya, Uhan Nihau diambil dari bahasa Kalimantan yang artinya “tanah yang hilang”.
“Karya ini hendak mengingatkan dampak akibat pengelolaan sumberdaya alam untuk energi berbasis fosil itu,” katanya pada sitimang.com.
Selain itu, tambah Yovi, Uhan Nihau juga mengajak semua orang untuk mewaspadai ekspansi perkebunan sawit yang saat ini digenjot pemerintah untuk produksi bahan bakar biosolar dan biofuel.
“Jangan sampai energi terbarukan menjadikan kita seperti keluar dari mulut buaya masuk mulut harimau. Karena perkebunan sawit ini selain menghabisi keanekaragaman hayati juga sangat tidak ramah lingkungan,” papar Yovi.
Sementara itu, Komunitas Sang Saka yang menampilkan penampilan bertajuk Kebiri karya Kemas Abdullah Helmi. Kebiri bercerita tentang tubuh sebagai simbol bahasa kebebasan. Ada ingatan lama yang ingin diungkapkan Helmi tentang rezim keseragaman, tunggal, dan teks-teks oriterian sebuah pemerintahan.
“Kebiri adalah gerak-gerak tubuh sebagai simbol kebenaran, yang tertindas,” tegasnya.
Usai pementasan, kedua karya tersebut akan ditajah melalui diskusi karya yang akan dimoderatori Dian Anggraini, koreografer muda jebolan ISBI Bandung.
Secara terpisah, Sheila Minoz, penanggung jawab LAPAH Minifest menjelaskan bahwa LAPAH merupakan even yang digagas sebagai ruang karya kesenian khususnya tari.
Selain menjadi wadah kegiatan para koreografer di Lampung, kegiatan ini juga diharapkan menjadi ruang dialog karya.
“Perform Kebiri dan Uhan Nihau ini, adalah even kedua setelah LAPAH pertama yang diadakan pada bulan April yang lalu,” ujar perempun yang juga pegiat DianArza Dance Company (DADC) ini.
Diakhir obrolan, Sheila menerangkan, pembiayaan even ini masih swadaya para pekerja seni yang tergabung di Grahasema. Diharapkannya, untuk masa yang akan datang, LAPAH Minifest dapat menghadirkan sanggar dan para seniman dari luar Provinsi Lampung.
“Kami berharap kelak ada yang peduli dan tertarik untuk mendukung even rutin tahunan ini. LAPAH Minifest adalah salah satu cara seniman menyikapi situasi sosial dan lingkungan,” ujar Sheila menutup obrolan. (Gun)
Discussion about this post