Jambi, Sitimang.id – UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ) menghadirkan karya pengolahan tari dari kelompok tari Sekintang Dayo, yang bertajuk Naek Bubung dan telah dipentaskan Minggu sore kemarin (24/07/2022) di panggung arena, Taman Budaya Jambi.
Kepala TBJ, Eri Argawan, menjelaskan, karya Naek Bubung merupakan karya yang telah melalui seleksi dan kurasi dari tim kurator Taman Budaya Jambi dan dinyatakan lolos untuk tampil pada program pengolahan dan eksperimentasi karya seni tahun 2022.
Ditambahkannya, Naek Bubung merupakan karya tarian yang diangkat dari ritual atau upacara adat masyarakat Jambi ketika hendak membangun rumah, khususnya saat memasuki tahap pembangunan kerangka atap yang lazim disebut Bubung.
“Ritual ini masih terus dilakukan hingga saat ini terutama di daerah pedesaan. Dalam upacara adat ini, juga terdapat beberapa persyaratan dan bahan yang kesemuanya mengandung arti filosofis luhur yang sarat dengan petuah dan tuntunan,” ujarnya saat ditemui usai pertunjukan.
Dipaparkannya, pola ekseprimentasi digarap melalui bahasa gerak yang mengambil bentuk gerak tradisi tari Kain Kromong yang berasal dari Kabupaten Sarolangun. Karya Naek Bubung dibuka dengan kesibukan para tukang yang membangun rumah hingga akan dilakukannya pemasangan kerangka atap dengan membacakan doa sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT.
Sementara itu, menurut asisten koreografer, Rara, dalam karya Naek Bubung menggunakan sejumlah properti yang bermakna filosofis. Mulai dari tebu yang dicabut dari pangkal bermakna sebagai istiqamah dalam melakukan kebaikan layaknya pangkal tebu yang tegak menopang batang tebu. Seikat padi kuning bermakna sebagai pencapaian kemakmuran yang harus diiringi dengan sikap padi yang semakin menguning dan berisi semakin menunduk dan tidak sombong. Selain itu, ada bendera yang bermakna sebagai semangat dan kemerdekan dalam mencapai cita cita dan keinginan hingga berada dalam kenyamanan dan ketenagan. Kelapa yang bertunas memberikan makna pemanfaatan, agar dalam hidup kita dapat bermanfaat bagi orang banyak layaknya kelapa yang hampir seluruh bagiannya bermanfaat, mulai dari batang, buah, hingga daunya.
“Bubung yang diartikan sebagai ketinggian atau diatas, untuk sampai pada puncak ketinggian disana ada perjuangan, ada kesenangan, kesombongan, mawas diri sebagai perlindungan dalam menjalani hidup dan penghidupan. Bubung pun naik pihak keluarga mengakhiri ritual ini dengan makan bersama dan membagikan makanan ke tetangga terdekat,” papar Rara menutup obrolan. (Gun)
Discussion about this post