Wahai Diri
Jika Kau Tidak Gugur di Medan Juang
Kau Tetap Akan Mati
Walau di Atas Ranjang
(Abdullah bin Rawahah)
Jambi, Sitimang.com – Abdullah bin Rawahah adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang termasuk dalam dua belas orang pertama yang menyatakan keislaman dari kalangan Anshar sebelum terjadinya Hijrah.
Sejak ia memeluk Islam, kemampuan bersyair itu dibaktikannya untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Rasullullah menyukai dan menikmati syair-syair, rangkaian kata-kata yang dibuatnya.
Pada suatu hari, Rasulullah pernah bertanya kepadanya: “Apa yang engkau lakukan jika hendak mengucapkan syair?”
“Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan” jawab Abdullah dengan untaian kalimat indah.
Abdullah bin Rawahah menolak suap
Tak hanya dikenal sebagai penyair, Abdullah bin Rawahah rupanya sosok yang jujur dan tegas.
Suatu ketika, Nabi Muhammad menugaskan Abdullah bin Rawahah untuk mengecek harta benda masyarakat Khaibar untuk keperluan penarikan jizyah (pajak bagi penduduk non-Muslim). Khaibar merupakan tempat tinggal kaum Yahudi.
Abdullah bin Rawahah langsung datang ke wilayah tersebut. Di sana, ia memeriksa dan menaksir jumlah kurma yang masih menggantung di atas pohon milik masyarakat Khaibar. Sesuai kesepakatan, masyarakat Khaibar harus membayar pajak karena tinggal di wilayah kekuasaan Islam.
Saat tengah memeriksa jumlah kurma, masyarakat Khaibar mencoba memberi suap kepada pria yang berasal dari Bani Kharaj itu. Mereka menyerahkan perhiasan dengan harapan Abdullah bin Rawahah mengurangi taksiran dan memberikan keringanan pajak. Demikian dalam buku Akhlak Rasul menurut Al-Bukhari dan Muslim.
Namun, Abdullah bin Rahawah secara tegas langsung menolak suap yang ditawarkan penduduk Khaibar. Ia menegaskan, harta suap adalah harta haram.
“Harta sogokan (risyhwah) yang kalian tawarkan kepadaku adalah harta haram. Kami tidak akan memakannya,” tegas Abdullah bin Rawahah, seperti yang dilansir dari
Panglima Perang Mutah
Abdullah bin Rahawah mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Saat Perang Mu’tah melawan balatentara Romawi yang hampir mencapai 200.000 orang, ia berdiri di depan barisan pasukan Muslim.
Waktu itu, Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang pertama gugur. Demikian juga dengan panglima perang kedua Ja’far bin Abi Thalib.
Setelah kedua panglima tersebut tewas, Abdullah bin Rahawah meraih panji perang dari tangan Ja’far dan terus memimpin pasukan. Ia terus menerjang barisan tentara musuh.
Abdullah bin Rahawah akhirnya gugur juga dalam pertempuran Mu’tah. Posisinya sebagai panglima perang kemudian digantikan oleh Khalid bin Walid atas persetujuan seluruh anggota pasukan dalam pertempuran Mu’tah.
Sumber: merdeka.com
Discussion about this post