Jambi, Sitimang.com – Kondisi dan fasilitas Graha Lansia yang menjadi tempat karantina warga Kota Jambi yang diisolasi pasca menjalani rapid test di sejumlah pasar beberapa waktu lalu dikeluhkan pasien.
Salah satunya oleh ED (inisial, red), pedagang di pasar Angso Duo ini ikut diisolasi di Graha Lansia usai menjalani rapid test pada Selasa pekan lalu (12/5/2020).
“Saya sempat meminta untuk karantina mandiri saja karena saya tinggal sendirian (dengan satu ekor kucing sih), tapi tidak diizinkan dan tetap dipaksa untuk tinggal di tempat karantina. Hari Minggu saya ke Graha Lansia, tempat yang ditunjuk untuk lokasi karantina. Hari itu juga semua pasien yang dikarantina di Graha Lansia diambil sampel swab,” tulis ED di kompasiana.
Dirinya juga langsung shock melihat kondisi kamar tempat dirinya dan pasien lain menginap karena satu kamar berisikan lima orang, bahkan ada yang sampai 8 orang.
“Lah ini, gimana prosedur jaga jaraknya? Sementara di rumah, saya tinggal sendirian,” katanya lagi saat dihubungi sitimang.com pada Rabu malam (20/5/2020).
Rasa shock ED semakin menjadi-jadi ketika ia mengelap debu di lantai dan di ranjang tempat tidurnya menggunakan tisu basah yang ia bawa. Hasilnya, debu dari ranjang besi itu meninggalkan warna hitam pekat di tisu.
“Karena punya riwayat ashma dan sering terjadi kabut asap, di kamar saya sendiri, saya selalu pasang air purifier. Tentu saja melihat kondisi seperti itu bikin saya tambah sesak napas. Ini sebenarnya serius gak sih pemerintah menyiapkan tempat karantina?,” keluh ED.
Tak hanya itu, ED juga terkejut ternyata untuk 9 pasien perempuan dan 18 pasien laki-laki, hanya tersedia 1 kamar mandi, 2 toilet untuk perempuan serta 2 toilet untuk laki-laki.
“Pemakaian kamar mandi bersama, bukannya malah jadi tempat penyebaran virus? Alih-alih sehat, yang ada, orang yang sebenarnya sehat, malah sakit beneran. Orang yang tadinya mungkin nanti hasil swabnya negatif, malah bisa jadi positif dengan pemakaian kamar mandi dan toilet bersama,” jelasnya.
ED mengaku sudah mencoba bernegosiasi lagi dengan dokter yang mengirimnya ke lokasi karantina serta meminta pengertian agar dia diizinkan diisolasi mandiri dirumahnya serta mempersilahkan bila tim medis mau melihat sendiri kondisi tempat tinggalnya.
“Rumah saya jauh lebih representatif untuk saya mengisolasi diri sendiri daripada tempat yang disiapkan pemerintah ini. Tidak masalah buat saya jika petugas yang mengunci dan memegang kunci pagar rumah saya, atau kalau perlu mereka punya kunci sendiri sebagai jaminan saya tidak akan keluyuran,” kata ED.
Meski begitu, ED hanya mendapat jawaban untuk disuruh bersabar dan akan coba dikomunikasikan dengan Dinas Kesehatan Kota Jambi.
“Saya cuma bisa mengelus dada, ini, kan, baru hasil rapid test, belum positif covid-19. Di lokasi karantina juga, kan, tidak ada pengobatan yang kepada pasien yang hanya bisa dilakukan petugas medis, disuntik misalnya. Hanya dikasih makanan bergizi dan vitamin,” tuturnya lagi.
Meski begitu, dirinya menyebut ada sejumlah hal yang disiapkan dengan serius seperti alat makan, sendok, gelas dan piring. Alat mandi, peralatan mencuci pakaian seperti ember dan gayung, semua baru. Lengkap dengan sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi dan sabun cuci.
Secara terpisah, sitimang.com sudah berusaha mengkonfirmasi keluhan ED ke Kadinkes Kota Jambi dan juru bicara tim gugus kendali Kota Jambi.
Namun sayangnya, hingga berita ini ditayangkan belum ada respon maupun jawaban dari keduanya.
Keluhan ED ini pun menjadi viral pasca dituliskannya melalui akun fesbuknya. Tak hanya itu, keluhan ED pun menjadi pembicaraan nasional pasca dituliskannya di Kompasiana.
Keluhan ED juga bisa dibaca di Kompasiana serta malahan menjadi tulisan terpopuler di Kompasiana.
Discussion about this post