Jambi, Sitimang.com – Teater Potlot asal Palembang ini akan tampilkan pertunjukan “Talang Tuwo: Glosarium Project” pada Temu Teater Se-Sumatera di Taman Budaya Jambi, 2-4 Agustus 2019.
Teater yang concern dengan isu lingkungan ini, mencoba mengumpulkan indeks kata dan tanda dalam memaknai Prasasti Talang Tuwo Sriwijaya yang berkaitan kondisi aktual pengelolaan bentang alam di kawasan pesisir pantai timur Sumatera.
Menurut Conie Sema, penulis naskah dan sutradara Teater Potlot, sanggarnya akan tampil pada hari kedua, Sabtu 3 Agustus 2019 di Teater Arena, Taman Budaya Jambi.
Dalam pertunjukan ini, pihaknya mencoba mencari hal yang lebih rasional untuk disuarakan teater dalam merespons kondisi pengelolaan lanskap atau bentang alam oleh industri perkebunan sawit dan HTI akasia di Sumatera Selatan.
“Masalah degradasi lingkungan hari ini sangat kompleks. Entah mulai dari mana teater membahasakan kinerjanya,” ujar Conie.
Kondisi yang kompleks itu menurut Conie, tidak mungkin didekati dengan praktik-praktik ingatan (memori) dari kehidupan sosial budaya dan politik. Tidak bisa juga dari kemarahan atas dominasi wilayah usaha dan diksi ketidakadilan. Begitu pun berbagai regulasi yang diterbitkan pemerintah hari ini. Pekerjaan yang lebih memungkinkan adalah menyusun indeks berbagai fakta yang ditemukan dan memilah-milahnya menjadi pilihan bahasa serta tanda sebagai referensi awal merenovasi bahasa teater agar menjadi bagian dari proses itu sendiri.
Conie menguraikan, pekerjaan mengumpulkan kata dan tanda ini dimaksudkan untuk menghadirkan “praktik memori” sekaligus mengaktifkan potensi kritis dan mencegah sejarah agar tidak dibaca dari logika dokumen dan arsip museum yang beku sebagai monumen masa lalu.
“Kita coba keluar sejenak dari pusaran artefak teks teater dan kinerja tanda yang ada. Membuka kesempatan semua potensi hadir pada “praktik memori” dan logika kritis platform teater,” ujarnya.
Pertunjukan ini merupakan lanjutan dari platform kinerja “Rawa Gambut” yang sebelumnya telah dipentaskan Teater Potlot berkeliling Sumatera.
Dalam katalognya, Teater Potlot menyebutkan bahwa “Talang Tuwo: Glosarium Project” secara provokatif menjadi jalan panjang sejarah ucap teater merespons persoalan di sekitar dirinya.
“Ini semacam biografi ekologis, dari hadirnya teks Prasasti Talang Tuwo yang ditulis Raja Sriwijaya, Dapunta Hyang Srijayanasa pada 684 Masehi. Pesan-pesan kebaikan alam semesta tersebut menjadi buku sejarah yang membuka lemari kenangannya. Ia keluar dan bergerak merespons kondisi paradoks bentang alam dibawah kekuasaan “antroposentris” manusia hari ini,” paparnya menutup wawancara. (Gun)
Discussion about this post