Jakarta, Sitimang.com – Para pengamat banyak mengingatkan bahwa Indonesia sudah diambang resesi pada September atau kuartal ketiga 2020.
Jika resesi menghantam Indonesia maka daya beli masyarakat akan menurun drastis. Dilansir dari cnn.com, ekonom Center of Reform on Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet, menyebutkan, dampak resesi ekonomi paling terasa oleh masyarakat adalah pelemahan daya beli. Bahkan, kondisi tersebut sudah mulai tampak saat ini ketika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi pada kuartal II 2020 hingga minus 5,32 persen.
“Kalau bicara dampak yang paling terasa dan bahkan sudah dirasakan masyarakat adalah menurunnya daya beli,” ujarnya seperti yang dillansir dari cnnindonesia.
Penurunan daya beli ini, lanjutnya, tampak dari sejumlah indikator salah satunya Indeks Penjualan Riil (IPR) yang berada dalam tren negatif. Tercatat IPR minus 17,1 persen pada Juni, meskipun membaik dari minus 20,6 persen pada Mei.
Menurutnya, pelemahan daya beli memiliki efek domino kepada sektor lainnya, yakni industri manufaktur. Karena permintaan turun, lanjutnya, maka sejumlah pelaku usaha memilih untuk mengerem produksi.
Dampak resesi ekonomi lainnya, yakni peningkatan jumlah penduduk miskin. CORE sendiri memprediksi jumlah penduduk miskin menjadi 30 juta hingga 37 juta tahun ini. Per Maret lalu, jumlah penduduk miskin naik 1,63 juta menjadi 26,42 juta orang dibandingkan periode September 2019.
Namun, ia menyatakan masyarakat sebaiknya tidak bersikap panik. Pasalnya, jika masyarakat panik kemudian melakukan pembelian barang dalam jumlah banyak (panic buying) maupun menarik uang dalam jumlah besar, justru akan memperburuk situasi. Menurutnya, hal yang perlu dilakukan masyarakat adalah tetap tenang sembari menyiapkan langkah mitigasi resesi ekonomi.
Senada, Ekonom Indef Eko Listiyanto mengatakan dampak nyata resesi ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat.
“Dampak merosotnya daya beli karena pendapatan masyarakat hilang atau terpangkas kemudian akhirnya masyarakat tidak bisa konsumsi normal seperti waktu tidak ada resesi,” imbuhnya.
Selanjutnya, penurunan daya beli akan berpengaruh pada kenaikan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Bahkan, ia menyatakan sebetulnya dua indikator tersebut sudah dialami Indonesia saat ini.
“Tahap berikutnya kalau resesi berkepanjangan dan tidak bisa diatasi dalam setahun, misalnya 2021 masih tumbuh negatif itu namanya depresi ekonomi,” katanya.
sumber: cnnindonesia
Discussion about this post