Jambi, Sitimang.id – Dinggung, sastra lisan tradisi Jambi akan hadir dalam bentuk karya musik dan rencananya akan dipentaskan pada Minggu malam mendatang (13/11/2022), di gedung arena Taman Budaya Jambi.
Kepala TBJ, Eri Argawan, menerangkan, karya bertajuk Dinggung ini berangkat dari sastra lisan Dinggung dan berdasarkan hasil kajian vitalitas mengalami kemunduran. Hal ini ditandai masih adanya penutur tradisi di atas sepuluh orang, tetapi semuanya berusia lanjut , diwarisi dalam keluarga secara turun-temurun.
“Hanya beberapa generasi muda sudah menguasai pertunjukan, jarang ditanggap, masih digunakan dalam ranahnya, tidak ada aturan pelindungan, dan bersaing dengan sastra lisan yang lebih menarik,” ujarnya pada Jumat (11/11/2022).
Lebih jauh ia memaparkan, sastra Lisan Dinggung merupakan warisan leluhur yang menunjukan kearifan masa lalu dalam menjaga ekosistem, untuk mengambil madu tidak harus menebang batang sialangnya. Akan tetapi sebelum madu sialang diambil terlebih dahulu diawali mempersiapkan perkakas, menentukan pemanjat batang sialang, mengajak bujang-gadis sebagai pengambil madu sialang rayo (kebiasaan di Desa Rantau Pandan), tuo gadih (mak gadis, induk gadis) mengajak gadis untuk mengambil madu sialang bersama-sama.
Anak gadih berpamitan untuk mengambil madu, setelah disetujui oleh tuo gadis maka sudah bisa berangkat. Sebelum memanjat pemanjat pohon membaca doa sambil mengelilingi pohon sialang agar terhindar dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Setelah keliling sekitar tiga kali maka mulai memanjat, prosesi memanjat itu juga membaca pantun bertujuan untuk menyapa, atau berpamitan terlebih dahulu. Setelah pamit juga ada pantun-pantun di bawah.
“Saat memanjat tuo gadis mulai berdinggung dan bersaut berdinggung, sampai pada dahan jerambang maka ada pantun lagi artinya hampir sampai pada manisnya atau madu. Setelah pantun disampaikan barulah menuju dahan-dahan yang dihinggapi sialang,” bebernya kepada sitimang.id (Gun)
Discussion about this post