Jambi, Sitimang.id – UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ) mengajak seniman musik untuk membedah sejarah dan fungsi krinok yang pada awalnya merupakan seni vokal yang sangat sederhana, berupa puisi lama yang dinyanyikan sedemikian rupa dengan nada-nada tinggi tanpa iringan musik dan berkembang di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo.
Menurut Eri Argawan selaku Kepala TBJ, pada awal keberadaannya Krinok hanya dilantunkan oleh kaum laki-laki saat mereka bekerja di ladang atau mencari kayu di hutan. Krinok dapat dilantunkan sendiri atau juga berbalasan dengan pelantun lain yang berjarak ratusan meter. Krinok lebih bersifat personal dan dipenuhi perasaan itu sebab tidak ada lirik Krinok yang baku.
“Setiap pelantun bebas menyuarakan isi hati mereka, entah senang ataupun duka. Kesenian Krinok generasi awal ini sempat mendapat pertentangan dari kalangan ulama, karena dinilai kurang sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh lirik Krinok yang pada umumnya berisi ratapan. Namun kesenian ini tetap bertahan karena dianggap memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakat,” urai Eri pada Jumat (22/4/2022).
Eri juga menerangkan, dalam perkembangan selanjutnya seniman Krinok di Dusun Rantau Pandan memadukan vokal Krinok dengan alunan nada kelintang kayu sehingga menghasilkan seni musik yang lebih menarik. Pada fase ini Krinok mulai dimainkan saat bekerja di sawah, baik vokal solo maupun duet. Bahkan Krinok dengan iringan kelintang kayu menjadi hiburan wajib bagi muda-mudi yang ikut serta dalam kegiatan beselang (gotong royong) di sawah maupun ladang.
Dalam perkembangan selanjutnya, kesenian Krinok tidak hanya diiringi dengan alat musik kelintang kayu. Beberapa alat musik mulai dipadukan dengan Krinok seperti gong, gendang panjang serta biola. Keempat alat musik tersebut kemudian menjadi pakem bagi musik pengiring Krinok.
“Oleh karena itu TBJ mengajak dan mengundang seniman musik untuk membedah Krinok dengan alat musik yang lebih lengkap. Tujuannya, selain melestarikan kesenian tradisi juga bisa semakin memikat para penggemarnya. Fase ini dapat dikatakan sebagai fase penting dalam perkembangan Krinok, karena dengan bertambahnya musik pengiring, Krinok menjadi suatu kesenian yang lebih dinamis,” paparnya.
Diakhir obrolan Eri mengatakan, Krinok kerap menjadi inspirasi dalam mengolah karya seni dapat disaksikan di Taman Budaya Jambi melalui dokumentasi yang tersimpan di perpustakaan budaya Taman Budaya Jambi. (Gun)
Discussion about this post