ADVERTISEMENT
Thursday | May 22, 2025
  • ADVERTORIAL
  • SELOKO
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAI PENUH
    • TANJABBAR
    • TANJABTIM
    • TEBO
  • METROPOLIS
  • INTERNASIONAL
  • HIBURAN
  • OPINI
  • RAGAM
  • RELIGI
Mengabarkan & Terpercaya
Advertisement
  • ADVERTORIAL
  • SELOKO
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAI PENUH
    • TANJABBAR
    • TANJABTIM
    • TEBO
  • METROPOLIS
  • INTERNASIONAL
  • HIBURAN
  • OPINI
  • RAGAM
  • RELIGI
No Result
View All Result
  • ADVERTORIAL
  • SELOKO
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAI PENUH
    • TANJABBAR
    • TANJABTIM
    • TEBO
  • METROPOLIS
  • INTERNASIONAL
  • HIBURAN
  • OPINI
  • RAGAM
  • RELIGI
No Result
View All Result
Mengabarkan & Terpercaya
No Result
View All Result

Riwayat Bumbu dan Budak di Jambi

Jambi menjadi satu dari sedikit daerah penghasil lada di Sumatera. Keberadaannya sejalan dengan peningkatan jumlah budak milik para penguasa

by PISTOL
01/04/2020
in SELOKO
Reading Time: 3 mins read
0
Potret penguasa Jambi dan para pengawalnya tahun 1904 (Troppenmuseum)

Potret penguasa Jambi dan para pengawalnya tahun 1904 (Troppenmuseum)

1
VIEWS
ShareTweetSend

SEJAK abad ke-16 wilayah Jambi tercatat telah mampu menghasilkan lada untuk keperluan dagang dengan para saudagar yang melewati wilayah mereka. Daerah yang pernah ada di bawah kuasa Malaka ini awalnya tidak menjadikan rempah itu sebagai komoditi utama perdagangan. Namun sejak dimulainya hubungan dengan orang-orang Eropa, penguasa Jambi mulai melirik tanaman ini dan menjadikannya bahan dagangan utama.

Dicatat Tome Pires dalam Suma Oriental, Jambi berada di bawah kekuasaan Demak ketika para penjelajah Portugis itu datang ke wilayah tersebut. Para penguasa di sana dijadikan “gubernur”, yang bertugas mengamankan seluruh wilayah kekuasaan Demak di Jambi. Meski menjelang pertengahan abad ke-16 pengaruh dari Jawa itu masih cukup kuat, para penguasa Jambi telah melakukan kegiatan dagang secara mandiri.

“Tanah Jambi tersebut menghasilkan kayu yang mengandung obat-obatan, emas, dan barang dagangan dari Tongkal, serta dari tempat lainnya. Dan di sana sudah lebih banyak bahan-bahan makanan. Negeri ini ada di bawah Pate Rodim, penguasa Demak. Rakyat Jambi lebih banyak menyerupai orang-orang Palembang, Jawa dan Melayu,” tulis Pires.

Setelah pengaruh Jawa melemah, para penguasa Jambi membangun sebuah pemerintahan mandiri yang mengatur segala urusan kenegaraan, termasuk keperluan dagang dan pengembangan lada untuk komoditi internasional. Kesultanan Jambi pun memulai persaingan dengan pelabuhan dagang di wilayah Sumatera lainnya.

Memasuki abad ke-17 perdagangan lada semakin ramai. Bergabungnya kamar dagang Belanda, Verenigde Oostindische Compagnie (VOC), membuat lonjakan permintaan lada di pasar. Penguasa Jambi pun menggencarkan produksi rempah itu dan menjadikannya komoditi utama. Rakyat di wilayah yang besar mulai terlibat dalam penanamannya.

“Lada di pelabuhan Jambi tak hanya datang dari daerah Hulu Jambi, tapi juga dari daerah wilayah yang termasuk daerah penyangga Kesultanan Jambi. Lada yang masuk ke Jambi datang dari berbagai daerah di Sumatera, terutama dari Minangkabau,” ungkap Dedi Arman dalam Dari Hulu ke Hilir Batanghari: Aktivitas Perdagangan Lada di Jambi Abad XVI-XVII.

Meski begitu kebutuhan lada untuk perdagangan tetap saja tidak terpenuhi. Permasalahan mulai muncul pada 1625, kata Arman, tatkala para petani lada Minangkabau di hulu enggan menjual hasil panennya ke Pelabuhan Jambi. Alasannya, kerugian selalu mereka alami ketika bertransaksi di wilayah Jambi.

Selain karena keberadaan perompak yang dibiarkan berkeliaran, penguasa Jambi pun selalu mematok harga rendah untuk hasil panen para petani ini. Barbara Watson Andaya dalam Hidup Bersaudara Sumatera Tenggara Abad XVII dan XVIII, juga menyebut adanya larangan penjualan langsung dengan pedagang Tiongkok dan Eropa yang begitu merugikan.

Pihak kesultanan pun dibuat pusing oleh persoalan tersebut. Mereka akhirnya mengambil tindakan lain, yakni ekspansi ke daerah hulu (pedalaman) agar memperoleh akses terdepan dalam pengumpulan tanaman lada. Di sinilah para budak menjalankan perannya.  Wilayah hasil ekspansi penguasa Jambi itu nantinya akan diisi oleh para budak tersebut agar penduduk hulu tidak melakukan perlawanan.

“Kesultanan Jambi menambah jumlah penduduk yang nantinya menjadi kekuatan. Ketersediaan budak tak hanya menjadi tambahan tenaga untuk bekerja dan berperang, tapi juga untuk prestise. Kemampuan Jambi dalam persaingan pembelian budak semakin meningkat seiring meningkatnya kekayaan istana Jambi dalam perdagangan lada,” tulis Arman.

Pertengahan abad ke-17, peraturan baru diberlakukan penguasa Jambi. Tekstil mulai digunakan sebagai alat tukar lada di Jambi oleh pihak penguasa. Keputusan itu mendapat pertentangan dari para petani. Mereka ingin mata uang real tetap menjadi alat tukar untuk hasil pertaniannya. Jika tidak bisa dipenuhi, para petani meminta budak sebagai bayarannya.

Para penguasa dan bangsawan di Jambi memiliki budak yang cukup banyak. Mereka bersaing dalam kepemilikan budak, terutama budak perempuan dari India, Bali, Jawa, Makassar, dan daerah lainnya. Para penguasa itu juga memperoleh budak dari hasil tukar dengan lada. Budak perempuan yang cantik bisa dijadikan pelacur, sehingga menguntungkan para pemiliknya.

Jika budak laki-laki dipakai untuk kepentingan militer serta pembukaan lahan baru pertanian lada, para budak perempuan digunakan untuk membantu keperluan sehari-hari, seperti mengangkut air, mengumpulkan kayu bakar, dan membantu perdagangan. “Orang lokal cenderung malas dalam mengerjakan pekerjaan yang berat, seperti membuka lahan untuk kebun baru,” ungkap Arman.

Tidak hanya didapat dari jual-beli, para budak milik penguasa Jambi didapat dari perburuan di perairan timur Jambi. Mereka mempekerjakan Orang Laut untuk perburuan ini. Dalam melakukan aksinya, penguasa Jambi mengerahkan sekitar 20 perahu dengan perolehan tiap perjalanannya mencapai 100 budak.

Akhir abad ke-17, sekitar 2.500 budak berhasil ditangkap penguasa Jambi. Mereka banyak dijadikan tenaga kasar untuk berbagai keperluan. Setiap budak dihargai sekitar delapan real. Budak berusia muda menjadi yang paling banyak diburu karena kemampuan fisik mereka bisa lebih banyak dimanfaatkan, ketimbang orang tua dan perempuan.

Source: Historia
Tags: BudakBumbuJambiRiwayat

Related Posts

Walikota Jambi Maulana Sambut 500 Dokter Spesialis Anestesiologi se-Indonesia

18/05/2025

Sentuhan Bahagia di Hari Libur: Wali Kota Jambi Salurkan Bantuan Kursi Roda dan Tongkat Bantu Jalan

18/05/2025

350 Pelaku UMKM Ikuti Sosialisasi Personal Branding, Pemkot Jambi Kucurkan Bantuan Modal Sebesar Rp42 Miliar

18/05/2025

Dari Masak Hingga Motivasi Peserta, Wali Kota Maulana dan Wawako Diza Hadir Meriahkan HUT Kota Jambi

18/05/2025

Walikota Jambi Maulana Resmi Jabat Mabicab Pramuka Kota Jambi, Tegaskan Peran Strategis Lawan Judi Online dan Narkoba

16/05/2025

Lantik Ketua DPRD Kota Jambi Pimpin Kwarcab, Maulana: Pramuka Harus Hadir di Tengah Masyarakat

16/05/2025
Next Post
Raja Thailand. [www.dailymail.co.uk]

Karantina ala Raja Thailand: Isolasi Diri Bersama 20 Selir di Jerman

Gojek & Grab. [istimewa]

Grab & Gojek Bantu Mitra Terdampak Corona

Ilustrasi shalat. [photo.elsoar.com]

Praktik Keagamaan yang Berubah

Mendadak 'Menghilang', Kemana Dr Terawan ?

Polemik UU No. 6 Tahun 2018: Terkait Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19

Discussion about this post

Media Partner

Ads

<script async src=”https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-6217284812823113″
crossorigin=”anonymous”></script>

  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • SITIMANG GRUP
  • TENTANG KAMI

© 2020 Sitimang - Jalan HM Yusuf Singedekane, Lorong Purnawira, No 7, RT 21, Telanaipura, Kota Jambi. Kode Pos 36122. Developed by Ara.

No Result
View All Result
  • ADVERTORIAL
  • SELOKO
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAI PENUH
    • TANJABBAR
    • TANJABTIM
    • TEBO
  • METROPOLIS
  • INTERNASIONAL
  • HIBURAN
  • OPINI
  • RAGAM
  • RELIGI

© 2020 Sitimang - Jalan HM Yusuf Singedekane, Lorong Purnawira, No 7, RT 21, Telanaipura, Kota Jambi. Kode Pos 36122. Developed by Ara.

You cannot copy content of this page