Jambi, Sitimang.com – Pj Sekda Provinsi Jambi, Sudirman menanam Pohon Matoa dalam kegiatan Penanaman Pohon Serentak yang menjadi Aksi Peduli Penghijauan dengan tema “Rawat Pohon Selamatkan Bumi” dilaksanakan Polda Jambi dan Forkopimda Provinsi Jambi di Kawasan Taman Rimba, Jumat (9/1).
Ungkapan terima kasih dari Pemprov Jambi kepada Kapolda Jambi beserta jajarannya yang telah menginisiasi kegiatan penanaman pohon sebagai bagian dari kegiatan Penanaman Pohon Secara Serentak di seluruh Indonesia oleh Kepolisian Republik Indonesia.
“Kegiatan ini memberi manfaat yang besar bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi anak cucu kita pada kehidupan nanti,” ujar Sekda.
Penanaman sejuta pohon merupakan agenda tahunan penanaman pohon pada kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HPMI) dengan perspektif yang lebih luas yaitu pemulihan lahan kritis di Hulu Daerah Aliran Sungai.
Sekda menjelaskan penanaman pohon sekaligus membangun kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan hutan dan lahan, penyelamatan sumber daya air, peningkatan produktivitas lahan dan perekonomian masyarakat, antisipasi perubahan iklim serta pencegahan bencana hidro meteorology.
“Urusan pelestarian alam bukanlah masalah kecil karena menyangkut masa depan anak cucu jika saat ini menanam pohon berarti kita sedang menanam doa, harapan dan kerja kita semua untuk keberlanjutan hidup generasi yang akan datang,” tegasnya.
Bencana banjir dan longsor di beberapa daerah telah mengakibatkan kerusakan dan kerugian harta juga nyawa manusia akibat kelalaian atau tindakan yang tidak merawat alam.
“Mengajak kepada semua pihak, swasta, dunia usaha maupun masyarakat untuk membudayakan kegiatan pelestarian ekosistem dan menjaga keseimbangan alam khususnya dengan menanam dan memelihara pohon,” harap Sekda.
Sementara itu, Kapolda Jambi Muchlis, menegaskan bahwa hutan dan lahan berperan sebagai penyangga kehidupan dan sekaligus menyediakan hasil kayu, kebutuhan pangan dan ketersediaan air dan sumber energi dan jasa lingkungan lainnya.
“Saat ini kita dihadapkan pada kenyataan bahwa lingkungan hidup telah rusak, pencemaran udara mengakibatkan langit penuh gas atau polusi, lahan disekitar sering terlihat gersang, hutan banyak yang rusak terbakar, saat musim hujan mengalami banjir sebaliknya musim kemarau mengalami kekeringan,” ujarnya.
Menilai kondisi alam yang dapat berubah menjadi bencana yang memprihatinkan bahkan manusia menjadi tidak tahu mana nikmat mana musibah karena dua-duanya hadir saat bersamaan. Kapolda mengatakan alam yang dinikmati saat ini tidak boleh dianggap sebagai warisan nenek moyang tetapi sesuatu yang kita pinjam dan harus diberikan kepada generasi anak cucu.
“Pertanda fungsi lahan dan lingkungan yang sudah rusak, tidak dapat lagi berfungsi sebagai pengatur tata kehidupan air dan ini berbahaya kalau kita tidak hentikan dari sekarang. Hari ini kita keruk atau habiskan maka anak cucu kita hanya akan menunggu lahan yang gersang, air yang keruh, sumber penghidupan yang makin susah, sumber daya alam juga susah untuk diremajakan lagi,” ujarnya. (Gun)
Discussion about this post