Jambi, Sitimang.com – Meski menonton gladi bersih Monolog yang berjudul “Dosa yang tersisa” karya Didin Sirohjuddin, bagi saya adalah suatu peluang emas yang saya dapatkan.
Alasannya sederhana, “saya bisa menyaksikan lebih awal sebelum pertunjukan”. Pertunjukan gladi bersih Monolog Dosa yang tersisa diselenggarakan pada Selasa malam (29/12/20).
Saat masuk dalam gedung pertunjukan di Taman Budaya Jambi (TBJ) kurang lebih 3 menit geladi bersih akan dimulai, di sekitar tempat duduk memang tak banyak penonton, mungkin saya dan teman saya yang merupakan orang diluar tim. Saya yang duduk di depan panggung, melihat bangku penonton di bagian kiri saya sepertinya para tim dan penata musik dan suara. Sedangkan dibelakang saya tim multimedia. Dan yang lainnya, masih dalam kru.
Pertunjukan monolog yang diselenggarakan oleh Teater Tonggak dalam rangka memperingati memasuki usia ke 22 tahun akan dimulai. Sebagai pemilik karya, Didin Sirojuddin lah yang menjadi aktor dalam Monolog Dosa yang tersisa.
Pertunjukan dimulai, lampu dimatikan, iringan lagu dan nyanyian mengantar monolog, semua didalam ruangan diam. Nyanyian dan musik selesai, lampu langsung menyoroti meja yang berada ditengah panggung pertunjukan. Disitu, aktor sudah duduk diatas meja dengan menyelungkupi selimut ditubuhnya seperti orang yang depresi akan kesepian.
Tak lama itu, dirinya turun dan melontarkan semua kata-kata. Hingga gerak gerik digerakkan. Mengangkat bangku, menghempaskan selimut ke meja dan berlari menuju pintu yang disediakan di panggung.
Terlalu sayang untuk diceritakan secara rinci sebelum pertunjukan dimulai. Walaupun rasanya ingin menyampaikan ada pertunjukan multimedia yang begitu mendukung pertunjukan.
Selama menyaksikan, dari kata-kata yang terlontar oleh pemeran, banyak pesan-pesan yang tersirat yang diberikan kepada kita semua. Mungkin tentang, Sahabat, kehidupan sosial, emosi, keragu-raguan, hukum, kesehatan, petata petitih dan yang saat ini sama-sama kita hadapi persoalan Pendemi Covid-19.
Lebih kurang satu jam pertunjukan dimainkan oleh aktor. Ruangan kembali terang, pertanda geladi bersih usai. Dikesempatan tersebut, Sutradara monolog ini, Salira Ayutusifa memberikan kesempatan bagi para penonton untuk memberikan kritik dan saran agar pertunjukan monolog dari Teater Tonggak menjadi lebih baik lagi.
Tetap hening, begitu juga saya juga terdiam. Bagaimana mau kritik atau memberikan saran rasa kagum menjadi mayoritas.
Memang seni itu mahal, untuk satu pertunjukan membutuhkan waktu yang panjang. Bayangkan jika kita menjadi Didin Sirojuddin yang harus memiliki ide seperti itu, dan kita tuangkan dalam skrip. Terus kita harus hafal semua dialog, melatih intonasi dan suara. Berhari-hari hingga bulanan meluangkan waktu untuk latihan. Mengkoordinasikan kepada orang-orang yang sesuai ahlinya agar pertunjukan tersebut Epic dan tak jadi Burung Merak yang dipelihara tanpa pasangan. Mungkin bagi kita untuk melakukan itu, jutaan alasan dari yang halus hingga yang kasar untuk menolak.
Daripada itu, kepada masyarakat Jambi, mari kita menghargai sebuah karya dan seni melalu berpartisipasi dalam pertunjukan yang diselenggarakan. Dorong apapun karya dari Jambi agar Provinsi Jambi lebih dikenal ditingkat nasional hingga internasional dengan karya-karyanya.
Pertunjukan Monolog Dosa yang Tersisa ini akan diselenggarakan pada Rabu Malam (30/12/2020). Dapat disaksikan secara langsung namun terbatas, pertunjukan ini juga dapat ditonton secara streaming di akun YouTube Teater Tonggak.
Penulis: Jurnalis Sitimang.com
Discussion about this post