Kesadaran Adalah Matahari
Kesabaran adalah Bumi
Keberanian menjadi Cakrawala
dan Perjuangan adalah Pelaksanaan Kata-Kata
(WS Rendra)
Jakarta, Sitimang.com – 22 tahun yang lalu, 12 Mei 1998 menjadi tragedi sekaligus momen perjuangan khususnya bagi para mahasiswa Indonesia ketika hendak menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya.
22 tahun yang lalu, sejumlah mahasiswa tertembak dalam tragedi Trisakti dan menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti serta puluhan mahasiswa lainnya luka-luka.
22 tahun yang lalu, Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977 – 1998), Hafidin Royan (1976 – 1998), dan Hendriawan Sie (1975 – 1998), tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam saat menyuarakan kebenaran.
Tragedi 12 Mei 1998 berawal dari goyahnya perekonomian Indonesia. Melihat situasi ini, para mahasiswa nan kritis berunjuk rasa kepada pemerintah.
Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke Gedung Nusantara, termasuk para mahasiswa Universitas Trisakti.
Aksi damai mahasiswa diiringi beragam lagu heroik sebagai penyemangat bersuara. Saat itu, aksi mereka dihambat oleh blokade dari aparat keamanan.
Sore menjelang malam, mahasiswa yang sudah bergerak kembali ke kampusnya kemudian mendapat provokasi oleh aparat, dengan melontarkan kata-kata makian yang tak pantas.
Ketegangan kembali terjadi, hingga puncaknya, aparat menyerang mahasiswa secara membabi buta dengan tembakan dan gas air mata yang terhitung jumlahnya.
Di tengah kepanikan, aparat bertindak keji tak kenal ampun. Tembakan brutal terus dilesakkan, sebagian mahasiswa dipukuli, diinjak-injak, ditendang. Parahnya, aparat juga melakukan pelecehan seksual kepada mahasiswi.
Tak bersenjata, mahasiswa masih terus dipukul mundur sampai ke dalam kampus oleh pasukan bermotor dengan rompi bertuliskan URC. Mereka yang kabur ke jembatan layang Grogol mendapat hantaman keras, banyak tubuh tergeletak di jalan, dibiarkan begitu saja oleh aparat.
Tembakan terarah terus dilontarkan aparat ke arah kampus, mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang
12 Mei 1998 malam, dari pukul 20.00-23.25, para mahasiswa berangsur-angsur pulang meski masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh menjadi korban. Para mahasiswa yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras.
Tragedi kelam ini tak pernah menemui titik terang secara jelas meski sejumlah pelaku sudah disidangkan.
Hingga kini, para orang tua korban masih menuntut keadilan. Setiap Kamis, yang belakangan kerap disebut Kamisan, keluarga korban dan para simpatisan yang peduli dengan penegakan HAM mengenakan baju hitam tanda duka dan menggelar aksi diam di depan Istana Merdeka.
Discussion about this post