Jakarta Fair Kemayoran (JFK) 2019 memasuki pekan terakhirnya. Sejak dibuka tanggal 22 Mei 2019, pesta tahunan ini telah menarik jutaan pengunjung. Mereka datang untuk meramaikan setiap acara yang disajikan panitia penyelenggara.
Antusiasme yang tinggi dari masyarakat, terutama pada akhir pekan, membuat area Jakarta Internasional Expo (JIEXPO) terasa begitu kecil. Padahal kawasan itu berdiri di tanah seluas 40 hektar. Salah satu daya tarik di JFK 2019 ini adalah diskon besar-besaran pada hampir seluruh produk yang dipamerkan perusahaan-perusahaan di sana. Selain tentu saja karena suasana yang nyaman untuk berkumpul bersama keluarga dan kerabat.
“Jakarta Fair memposisikan diri sebagai the biggest consumer show. Artinya, masyarakat bisa datang ke sini, bisa menikmati, dan bisa belanja. Sekaligus perusahaan pun bisa melakukan promosi di sini.” ucap Ralph Scheunemann selaku Marekting Director JFK 2019 kepadaHistoria.
Sejak pertama kali digelar tahun 1968, Jakarta Fair –pernah juga dikenal sebagai Djakarta Fair dan Pekan Raya Jakarta– selalu menyisakan kenangan yang tak lekang di ingatan. Beberapa peristiwa di bawah ini mungkin akan membuka memori masyarakat tentang Jakarta Fair di masa lalu.
Perubahan Nama
Nama ‘Jakarta Fair Kemayoran’ yang sekarang digunakan baru dipakai setelah 2004, saat PT. JIExpo menjadi pelaksana perayaan tersebut. Sebelumnya, bahkan hingga kini, nama ‘Pekan Raya Jakarta’ menjadi ikon yang selalu melekat dalam ingatan masyarakat untuk menyebut perayaan tahunan ini.
“Bukan hanya Jakarta Fair, tapi kita mengganti namanya menjadi Jakarta Fair Kemayoran untuk memperjelas lokasi di JIExpo. Tapi orang untuk mengganti nama itu sangat susah. PRJ terus yang disebut.” kata Ralph.
Sebenarnya nama pertama yang digunakan bukanlah Pekan Raya Jakarta, melainkan ‘Djakarta Fair’. Namun Ali Sadikin mencoba mengurangi penggunaan bahasa asing, sehingga namanya berubah menjadi Pekan Raya Jakarta sekitar tahun 1970-an. Nama itu pun akhirnya terus digunakan hingga tahun 2003.
Pembukaan di Tengah Banjir
Acara JFK 2019 dibuka dengan sangat meriah. Terdapat pesat kembang api dan iringan musik dari berbagai band ternama ibukota. Gubernur Anies Baswedan pun ikut hadir dan membuka acara ini.
Namun suasana berbeda dirasakan Jakarta Fair tahun 1978. Para pengunjung dan pelaksana harus menikmati pembukaan perayaan itu di tengah banjir. Hujan yang mengguyur kawasan Monas saat itu, bahkan beberapa hari sebelumnya, membuat air di sekitar kawasan tersebut meluap dan akhirnya masuk menggenangi area utama Jakarta Fair.
Meski tergenang, perayaan tahun 1978 tetap berjalan lancar. Masyarakat tetap antusias mengikutinya. Pembukaan pun tetap dapat dilakukan oleh Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Panitia Penyelenggara
Sebelum PT.JIExpo memperoleh hak penyelenggaraan penuh di tahun 2004, Jakarta Fair ditangani oleh sebuah lembaga bentukan pemerintah DKI Jakarta, kemudian beberapa swasta. Tahun 1969, setelah mendapat respon sangat baik dari masyarakat, pemerintah Jakarta segera membentuk badan penyelenggara khusus agar dapat ditangani secara profesional.
Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah tanggal 16 Desember 1968 No. Jb.3/3/28/1968 tentang Pembentukan Yayasan Penyelenggara Pekan Raya Jakarta, didirikan badan kepanitiaan tetap perayaan tersebut.
“Karena jika hanya dengan panitia saja, tidak mungkin dapat mengelola dengan baik pekan raya yang cukup besar itu.” tulis Ali Sadikin dalam Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin.
Yayasan Penyelenggara Pekan Raya Jakarta menangani acara itu hingga tahun 1991. Tahun berikutnya, setelah dipindahkan ke Kemayoran, Jakarta Internasional Tradefair Corporation (JITC) memegang hak sebagai penyelenggara. JITC bertahan hingga 1998. Menariknya, mereka mampu melalui krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun-tahun tersebut.
Setelah JITC, PT. Jakarta Interasional Trade Fair dipercaya mengelola acara dari tahun 2000 sampai 2003. Berbagai permasalahan akhirnya memaksa mereka melepas hak penyelenggaraan Jakarta Fair kepada PT. JIExpo.
Tempat Lahirnya Pengusaha Baru
Tidak dipungkiri adanya Jakarta Fair menjadi berkah bagi para pengusaha, baik dari perusahaan besar maupun perusahaan baru. Perayaan ini menjadi ajang pengenalan produk-produk mereka kepada masyarakat.
Pada JFK 2019 ini pun banyak perusahaan yang memamerkan produk baru mereka. Ada juga produk lama yang dijual dengan harga rendah. Mereka berlomba-lomba menarik hati para pengunjung dengan diskon yang sangat besar.
Satu hal yang menarik adalah Jakarta Fair menjadi ‘induk’ dari lahirnya satu produk kuliner yang hingga kini masih bertahan, yakni American Donut. Sejak 1968, American Donut telah meramaikan pagelaran tahunan ini. Mereka mampu bertahan selama dua generasi, lebih dari 50 tahun, untuk menjalankan bisnis ini.
Ajang Kecantikan
Salah satu acara di JFK 2019 yang menarik dan ditunggu para pengunjung adalah Miss Jakarta Fair 2019. Ajang ini diikuti oleh puluhan orang, yang kemudian akan disaring menjadi 20 besar, lalu 10 besar.
“Acara Miss Jakarta Fair ini akan merebutkan predikat Miss Jakarta Fair 2019, Runner Up Satu, Runner Up Dua, Miss Social Media, dan Miss Favorite. Hadiah menarik pun telah disiapkan, berupa uang jutaan rupiah, sepeda motor, dan berbagai hadiah menarik lainnya.” tulis Muh. Andy dalam “Berebut 10 Terbaik” dimuat Newsletter Jakarta Fair No.4 Edisi Juni 2019.
Ajang kecantikan serupa pernah juga dilakukan pada gelaran Jakarta Fair 1968. Tujuannya sama, yakni mencari peserta yang memiliki paras dan kemampuan di atas peserta lainnya. Tetapi yang membedakannya, ajang kecantikan itu diikuti oleh para waria. Bertajuk “Pemilihan Ratu Waria”, ajang itu menarik 151 peserta untuk menampilkan bakat, dan tentu saja paras mereka.
Pagelaran Terlama
Acara JFK 2019 dimulai pada tanggal 22 Mei 2019 dan akan berakhir pada 30 Juni 2019. Kurang lebih telah 40 hari pagelaran tahunan ini terlaksana. Tahun-tahun sebelumnya pun, acara JFK dilaksanakan antara 30 sampai 40 hari, mengikuti kondisi yang terjadi.
Namun acara tahunan ini pernah tercatat terlaksana selama 71 hari. Rekor terlama yang hingga kini belum terpecahkan. Itu terjadi pada 1969. Pemerintah yang terlampau girang dengan keberhasilan tahun sebelumnya, nekad memperpanjang waktu pagelaran acara tersebut.
Awalnya kegiatan berjalan lancar, tetapi kemudian banyak permasalahan muncul. Mulai dari berkurangnya pengunjung, biaya yang membengkak, dan hal-hal lainnya. Sehingga pada tahun berikutnya, pemerintah mengembalikan waktu pelaksanaan menjadi 30 hari.
Didatangi Presiden AS
Selain memecahkan rekor penyelenggaraan terlama, Jakarta Fair 1969 terasa cukup spesial karena dihadiri tamu tak terduga. Adalah Presiden AS (Amerika Serikat) Richard Nixon yang mampir ke acara tersebut di sela-sela kunjungan kenegaraannya.
Didampingi Presiden Suharto, Nixon sempat berhenti di sebuah stan dekat Syamsuddin Mangan Plaza dan melambai-lambaikan tangan ke arah pengunjung yang hadir di acara Jakarta Fair 1969 tersebut.
Discussion about this post