Jambi, Sitimang.com – Gubernur Jambi Drs.H.Fachrori Umar,M.Hum, mengakui pentingnya hubungan ulama dan pemimpin dalam upaya pembangunan disampaikannya saat menghadiri Haul Ke 50 Tuan Guru K.H. Abdul Qodir Ibrahim wafat 6 Jumadissani 1391 H di Pondok Pesantren As’ad Olak Kemang Jambi, Sabtu (1/2/20).
“Keberadaan ulama dan umaro sangat penting untuk saling mendukung dalam membangun karakter bangsa dimana bekal ilmu serta ilmu agama yang tertanam dengan baik pada setiap individu menjadi tuntunan untuk senantiasa berbuat baik,” ungkap H.Fachrori Umar.
Gubernur Jambi menyadari hubungan Ulama dan Umara sangat penting sekali karena sebagai pemimpin, dirinya merasa perlu dinasehati dan diingatkan khususnya dari Tuan guru, para Kyai dan ulama.
“Perlu nasehat dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin dan mengajak mewujudkan Jambi lebih baik,” ungkap H.Fachrori Umar.
Haul K.H.Abdul Qodir Bin Ibrahim memperingati wafatnya ulama yang mempunyai jasa besar terhadap perkembangan Islam khususnya di Provinsi Jambi sekaligus juga merupakan pendiri pondok pesantren As’ad Jambi dengan jasa beliau yang sangat besar dalam membantu pemerintah untuk mengadakan sarana pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa dibidang ilmu pengetahuan Islam maupun ilmu pengetahuan umum.
“Beliau yang memperkenalkan pentingnya kurikulum pelajaran umum serta memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita di Jambi,” jelas Gubernur Jambi.
Banyak gagasan baru yang telah diperbuat KH.Abdul Qodir Ibrahim bagi perkembangan ilmu agama dan pendidikan di Provinsi Jambi dengan Haul yang dilaksanakan tersebut dapat menjadi momentum bersama untuk dapat mendoakan dan mengenang jasa perjuangan ulama khususnya K.H.Abdul Qodir Bin Ibrahim yang telah berjasa dalam syiar agama Islam di Provinsi Jambi.
“Metode pendidikan di pondok pesantren As’ad ini telah mampu mengkolaborasikan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual agar lulusan pondok pesantren ini memiliki Imtaq dan menguasai Iptek serta berbagai keterampilan wirausaha sehingga mampu bersaing dan berkontribusi dalam pembangunan,” kata H.Fachrori Umar.
“Tidak untuk mengagung-agungkan beliau, maksud kita untuk dapat menelusuri perjalanan hidup dari lahir hingga wafat 10 Juli 1970 M/6 Jumadissani 1391 H dengan keteguhan iman beliau yang berani sampaikan yang haq(kebenaran) meskipun ditengah penguasa zalim,” jelas K.H.Najmi Qodir.
“Beliau sampaikan kepada penjajah Jepang secara langsung terkait perintah tersebut yang tidak sesuai syariat dan aqidah hingga beliau menggebrak meja tanda perlawanan dihadapan pemimpin Jepang,” ungkap K.H.Najmi Qodir.
“Pernah ditanyakan kenapa beliau cepat sekali mendapat kehormatan sebagai ulama dan beliau menjawab mempergunakan waktu secara maksimal dengan membaca banyak kitab,” kata K.H.Najmi Qadir.
Discussion about this post