Jambi, Sitimang.id – Festival tari kreasi melayu Provinsi Jambi tahun 2022 “Telusur Tanah Berjejak” yang dilaksanakan oleh Taman Budaya Jambi resmi ditutup pada Kamis siang (25/08/2022) oleh Kepala TBJ.
Dalam sambutannya, Kepala TBJ Eri Argawan, menuturkan, kegiatan festival tari kreasi melayu Provinsi Jambi tahun 2022 ini diadakan dengan tujuan untuk melakukan pembinaan terhadap talenta muda didunia tari, memberikan ruang kreatifitas untuk para penata tari muda, memaksimalkan fungsi Taman Budaya Jambi sebagai laboratorium seni sekaligus menjadi kegiatan pendukungan Kenduri Swarnabhumi.
Ditambahkannya, festival tari kreasi melayu Provinsi Jambi bertemakan upacara adat telah berlangsung dari 24 hingga 25 Agustus 2022 serta diikuti oleh sembilan peserta yang berasal dari kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Jambi.
“Saya berterima kasih sekaligus salut terhadap para peserta yang turut dalam kompetisi ini baik itu yang berasal dari kota Jambi maupun dari kabupaten lainnya. Seperti halnya dari Kota Sungaipenuh, walaupun jauh secara jarak ke Kota Jambi namun bersemangat mengikuti festival ini,” ujarnya saat menutup festival.
Dirinya juga berpesan agar para penari muda tidak cepat berpuas diri dan terus berproses dalam berbagai kegiatan seni sehingga kelak mampu menjadi seniman handal kebanggan daerah.
“Kita berharap kedepan juga peserta dapat saling mengapresiasi masing-masing karya, ini penting karena untuk menghasilkan satu karya terbaik kita memang perlu pendalaman, pengalaman, penglihatan serta serapan,” kata Eri.
Para peserta festival tari kreasi melayu tahun 2022 ini dinilai oleh tiga orang dewan juri yang berkompeten di dunia tari. Mulai dari Dian Anggraini, Zulkifili Zulkarnain dan Donny Osmon. Menurut Dian Anggraini selaku ketua dewan juri, dirinya sangat mengapresiasi kegiatan ini dan berharap di masa yang akan datang peserta akan lebih banyak lagi.
Seusai penjurian, ia mengingatkan agar para penata tari lebih memperhatikan keselarasan antara konsep karya dengan karya yang dihadirkan. Selain itu, para penari juga harus memaksimalkan penggunaan properti yang dipakai saat menari, ketubuhan penari dalam menguasi gerak tarian, penguasaan ruang gerak serta ruang pentas, serta kesesuaian musik dengan tarian yang ditampilkan.
“Kami menilai dengan objektif, profesional serta bisa dipertanggungjawabkan. Secara garis besar, kriteria penilaian yaitu kepenarian, penyajian, kreatifitas, identitas daerah. Dilihat dari aspek kekaryaaan telah bagus namun pengembangan konsep yang masih harus diperdalam. Kami mengajak para peserta untuk terus berproses dalam karya, tidak semata-mata terhenti atau hadir ketikan adanya ajang festival. Teruslah berkarya,” tegas perempuan yang juga kurator Indonesia Dance Festival (IDF) ini.
Terdiri dari Dian Anggraini, Joni Osmon, dan Zulkarnaen selaku juri memilih sang juaranya, yaitu:
Juara 1 Sanggar Sekintang Dayo
Berjudl: Luci Beayun
Koregrafer: Rike Denia Pratama, S.Sn
Juara 2 Sanggar Kuau Gawe Gadis
Berjudul: Bekarang
Koregrafer: Mugi Arisaputra, S.Sn
Juara 3 Pradana Dance Crew
Berjudul: Gegengko
Koregrafer: Fauzan Pamatriyadi
Favorit 1 Sanggar Cahayo Runai
Berjudul: Nauh
Koregrafer: Cut Luthfiya Nurzihan
Favorit 2 SMAN 6 Muarojambi
Berjudul: Mandi Menyan
Koregrafer: Indra Gunawan
(Gun)
Discussion about this post