Jambi, Sitimang.id – Jika tidak aral rintangan, pada awal Juli 2022 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi akan memfasilitasi karya pertunjukan hasil pengolahan/eksperimentasi dari sanggar Sko Art.
Eri Argawan selaku Kepala TBJ menguraikan, direncanakan sanggar Sko Art akan tampil pada tanggal 1 Juli 2022 dengan karya berjudul Bakulouk Rameh di gedung arena, Taman Budaya Jambi. Ia menjelaskan, karya ini terinpirasi dari peran perempuan dalam adat istiadat suku kerinci. Adat di suku Kerinci adalah adat yang diadatkan melingkupi segi kehidupan manusia seperti kehidupan sosial dan hukum.
Adat suku Kerinci sangat terikat dengan aturan agama islam. Adat dan norma islam berjalan saling beriringan dalam memelihara kehidupan sosial masyarakat. Seperti tercermin pada pepatah “adeak basendei syarak, syarak basendei kitabullah, adeak nganmamake. syarak ngan mangato” makna dari pepatah diatas adalah setiap aktivitas hidup kita harus berdasarkan atas tuntunan dan syariat islam yaitu Al Qur’an.
“Dalam pandangan dewan kurator, konsep karya dan kerangka acuan kerja dari sanggar Sko Art memiliki penggalian yang kreatif dari upacara dan tradisi yang ada di Jambi. Pertimbangan ini yang membuat dewan kurator memberikan kesempetan kepada mereka untuk menampilkan sajian karyanya,” imbuhnya pada Selasa pagi (21/6/2022).
Pria berkepala plontos ini juga menjabarkan, dalam konsep karyanya, Sko Art menuliskan tentang posisi perempuan dalam adat Kerinci yang memiliki peranan penting pada luhak dan kalbu. Sosok perempuan sangat diistimewakan di dalam adatnya. Perempuan suku Kerinci diibaratkan dengan seorang putri raja dan harta paling berharga bagi luhak dan kalbu nya karena mereka mempunyai hak untuk menentukan kesiapan penyelenggaran kenduri sko (kenduri penyucian benda pusaka dan penobatan gelar adat kepada anak laki laki suku kerinci).
‘Bapiok gdeang,batungkou jareang’ ialah sebutan untuk anak perempuan yang berarti perempuan suku kerinci mesti siap dalam berbagai hal yang akan dihadapi nya di dalam adat istiadat. Kenduri Sko anak betino (perempuan) menghadirkan tari iyo-iyo. Tari iyo-iyo dihadirkan sebagai tari penyambutan para tokoh adat yang di beri gelar adat pada kenduri sko.
“Menariknya, pada tarian ini terdapat syair yang dinyanyikan sebagai pengiring tari tersebut.Lantunan syair itu berisi puji-pujian terhadap anak betino (perempuan suku kerinci). Nanti, pertunjukan terbuka untuk umum dan Insya Allah dihadiri para seniman, budayawan serta kritikus seni,” pungkasnya.
Discussion about this post